Jumat, 13 Mei 2011

Perutku, Perutmu


               Dalam pelaksanaan pemilu legislatif lalu sampai jelang pemilu presiden beberapa tahun yang lalu, salah satu sorotan masyarakat adalah mencari calon legislatif serta calon presiden yang paling kredibel. Kredibilitas merupakan aspek penting menjadi pertimbangan masyarakat sebelum mencontreng pilihannya. Banyak masyarakat yang semakin sadar, jika tak hati-hati dalam memilih, maka orang-orang yang menjabat bukan orang yang memperjuangkan kepentingan masyarakat. Orang-orang tersebut lebih mementingkan perut mereka. Seperti tikus-tikus yang selalu mencuri makanan dan menggerogoti sampai habis demi perutnya. Indikasi caleg bermental “tikus” sebenarnya dapat terbaca dari cara mereka berkampanye sampai menjelang hari “H” yaitu hari pemilihan.

Biasanya, para caleg bermental “tikus” itu akan tebar pesona dengan cara politik perut alias politik uang. Mereka akan memberi uang ataupun benda lain kepada masyarakat agar mereka dipilih. Jika caleg bermental “tikus” tersebut sudah menabur sekian banyak uang sebelum terpilih, dapat dibayangkan setelah menjabat, mereka akan berusaha semaksimal mungkin agar modal yang telah dikeluarkan sebelumnya dapat kembali. Namun, karena terasa nikmat, mereka akan mengadakan konglomerasi alias penimbunan kekayaan buat diri sendiri. Dan itu sudah terbukti sekarang ini. Banyak sekali permasalahan seperti korupsi, kecurangan muncul dari berbagai pejabat, politikus atau wakil rakyat.

Penulis menengarai, jika seorang caleg yang memang bermental “tikus” menjelang hari “H” akan mulas perutnya. Hal itu disebabkan karena tekanan mental yang cukup tinggi alias stress. Karena ketika stress muncul, maka lambung manusia mengeluarkan banyak asam lambung dan efeknya adalah timbulnya tukak lambung. Tentunya bukan hanya si caleg yang mulas perutnya. Bahkan para konstituen alias pemilih dapat mulas juga. Entah itu karena masuk angin, sembelit atau konstipasi, diare atau keluhan pencernaan lainnya. Bagi wanita, mulas dapat menjadi pertanda gejala menstruasi atau kehamilan.

Urusan tentang perut memang bukan sesuatu yang sederhana. Masih banyak diantara masyarakat kita setiap hari perutnya bernyanyi atau bersuara. Perut bernyanyi alias keroncongan karena belum diisi apapun. Penyebabnya adalah ketidakmampuan mereka untuk mendapatkan uang dari bekerja. Di kota-kota besar seperti Jakarta, kondisi inilah yang menjadi salah satu penyebab naiknya tingkat kriminalitas. Banyak pelaku kejahatan ketika tertangkap beralasan berbuat jahat akibat tidak punya pekerjaan dan kelaparan. Tentu perut bernyanyi seperti di atas berbeda dengan ventriloquisme yaitu ketrampilan berbicara dari perut. Ketrampilan ini dapat menjadi seni yang menghibur seperti boneka Apit yang dapat bicara lewat ketrampilan Anne Kartawijaya.  Jadi perut bukan hanya seputar  urusan lapar dan kenyang saja.

                Seorang teman suka sekali berolahraga di fitness centre.  Karena ia ingin punya perut yang kecil. Dia malu mempunyai perut yang buncit. Sehingga ia berusaha untuk membuat perutnya yang bulat itu menjadi perut dengan 6 tonjolan otot di perutnya (six packs). Teman itu merupakan bagian dari sekian banyak orang yang punya hobi yang sama. Sampai-sampai mereka sanggup menghabiskan waktu sekian jam sehabis pulang kerja. Tanpa sadar mereka lama kelamaan kehilangan  waktu untuk berkumpul dengan keluarga masing-masing. Ini menjadi mode atau tren zaman yang seakan-akan kembali ke zaman renaissance yaitu zaman yang memuja tubuh laki-laki yang berotot atau tubuh yang langsing bagi wanita.  Tentu sikap mereka berbeda dengan sikap atau gaya hidup sebagian orang di era post modern ini. Yaitu sikap yang tidak perduli dengan adanya bahaya dalam perut yang membuncit. Sikap yang mendorong orang untuk tidak lagi mengontrol nafsu makan dan minumnya sehingga kelewatan batas. Semua makanan dan minuman yang memuaskan selera, tanpa melihat apakah makanan dan minuman tersebut dapat mengganggu kesehatannya atau tidak. Hal tersebut dapat dianalogikan dengan salah satu tokoh pewayangan yaitu Kumbakarna. Yaitu satu tokoh yang hidupnya hanya berfokus pada kenikmatan makan dan minum saja tanpa mau perduli dengan orang lain. Mungkin tujuan hidupnya adalah untuk memuaskan kesenangan fisiknya saja.    

        Berkaca dari kenyataan di atas, tanpa sadar manusia sering masuk ke dalam sistem yang terbalik. Suatu hal yang tidak mutlak dijadikan mutlak. Seperti kondisi negri kita yang semakin parah akibat para pejabat bukannya memikirkan kepentingan rakyat, tetapi malah memikirkan kepentingan diri sendiri maupun golongannya saja. Sehingga menimbulkan banyak kekacauan di hampir setiap aspek kehidupan bernegara ini. Misalnya saja: negara kita yang dari dulu dikenal sebagai negara gemah ripah loh jinawi, malah sekarang sudah mulai di berbagai tempat terjadi kelaparan. Masyarakat Indonesia yang dulunya dikenal sebagai masyarakat ramah, bersifat terbuka, saling menghargai. Tetapi saat ini, betapa seringnya kita mendengar antara kelompok masyarakat yang satu telah saling membantai terhadap kelompok masyarakat lainnya.  Belum lagi tingkah laku aneh dari para pejabat, para wakil rakyat. Mereka sudah tahu kalau negara kita ini semakin lama semakin dibebani oleh hutang luar negri yang semakin menumpuk. Tetapi malah mereka yang paling sering “membuang” uang rakyat untuk hal yang terkesan dibuat-buat. Seperti pembangunan gedung wakil rakyat yang baru dengan 36 tingkat  yang akan menghabiskan dana Rp.1.3 triliun.

     Dari ribuan tahun yang lalu, untuk urusan perut, Alkitab sudah menceritakan tentang hal tersebut. Paulus dalam kitab 1 Korintus 6:13 mengatakan bahwa makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan. Dalam ayat ini Paulus mau menjelaskan makanan dan perut bagi dirinya merupakan hal duniawi karena pada akhirnya akan dibinasakan Tuhan.  Dan  bukan makanan atau perut yang menentukan seseorang itu berkenan pada Allah. Tuhan Yesus menjelaskan dalam Markus 7:19 kalau hal yang menajiskan manusia bukanlah sesuatu yang berupa makanan. Karena sesudah di proses dalam perut, ampas makanan itu akhirnya dibuang dalam jamban. Jadi, baik Tuhan Yesus dan Paulus menegaskan tidak ada jenis makanan yang dapat membawa manusia itu menjadi berdosa kepada Allah (masalah haram dan halal). Seseorang tidak dapat dikatakan lebih suci, lebih baik, lebih rohani jika ia berpantang makanan tertentu dibandingkan orang lain yang tidak punya pantangan makanan. Hanya saja, berpantang makanan itu lebih kepada kegunaan bagi kesehatan seseorang saja. Misalnya, seseorang yang sudah kena penyakit asam urat tentu harus berpantang makan kacang-kacangan.

      Alkitab juga menceritakan bagaimana masalah perut tetap menjadi perhatian Allah bagi manusia. Dari sejak dunia diciptakan, terlihat dalam Kejadian 2:16 Tuhan menciptakan segala jenis pohon yang berbuah agar dapat menjadi sumber makanan bagi Adam. Walau demikian, Allah pun memberikan larangan bagi Adam untuk memakan buah dari phon pengetahuan yang ada di taman Eden itu. Campur tangan Tuhan terus ditunjukkan terhadap kebutuhan perut umat-Nya. Ketika suatu saat kelaparan melanda seluruh dunia, Tuhan mengutus Yusuf anak Yakub untuk menjadi pendahulu di negri Mesir sebagai orang kedua Firaun supaya dapat memelihara cikal bakal bangsa Israel supaya tidak mengalami kepunahan (Kejadian 45:7). Lalu ketika bangsa Israel keluar dari tanah Mesir menuju tanah perjanjian, Allah menganugerahkan kepada mereka makanan yang turun dari langit yang disebut manna. Lewat kejadian tersebut, Allah menunjukkan bahwa diri-Nya memperhatikan umat-Nya agar tidak kelaparan. Allah perduli terhadap kebutuhan perut umat-Nya.

         Namun, sering kali kepedulian Allah terhadap kebutuhan perut umat-Nya disalahgunakan oleh manusia tersebut. Seperti yang tercatat dalam Roma 16:18 akan muncul orang-orang yang hidupnya hanya untuk melayani perut. Justru apa yang mereka lakukan dengan segala perkataan mereka terhadap orang lain semata-mata bertujuan untuk memberi keuntungan pribadi bagi mereka. Sehingga tidak salah jika Paulus mengatakan orang-orang seperti sudah memutlakkan yang tidak mutlak karena mereka sudah menjadikan perut mereka sebagai Tuhan (Filipi 3:19 :“Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi”). Terbayangkan jika Allah Zebaoth digantikan kedudukannya dengan perut, betapa kacaunya hidup manusia seperti itu. Penyembahan mereka tujukan hanya kepada diri mereka sendiri. Pemuasan nafsu dan mencari kenikmatan adalah tujuan utama dari hidup mereka. Sehingga kerakusan, keserakahan semuanya menjadi keseharian dalam kehidupan orang-orang itu. Termasuk di dalamnya sikap makan dan minum yang tidak lagi memperhatikan kesehatan. Mereka makan dan minum seakan tidak ada lagi hari esok untuk dapat menikmati makan dan minum yang ada. Prinsipnya adalah : “Yang penting nikmat dan menikmati hidup.” Orang-orang seperti itu telah menggantikan sesuatu yang tidak penting menjadi yang utama.

      Inilah yang disebut Paulus (Filipi 3:19) sebagai keaiban bagi orang-orang yang mempunyai prilaku seperti di atas. Mereka tanpa sadar telah menjadikan keaiban sebagai sesuatu yang mulia bagi hidup mereka. Mereka bangga melakukan hal itu dan mengganggap perlakuan tersebut sudah hal yang berkenan pada Tuhan. Sehingga perlakuan tersebut semakin menunjukkan bahwa pikiran mereka semata-mata hanya pada perkara duniawi. Dan hal ini banyak terjadi pada masa sekarang ini. Bahkan terjadi dalam konteks kumpulan orang-orang percaya. Misalnya : dalam gereja ada orang-orang tertentu kelihatan begitu bergairah ketika ia mendapat kedudukan di organisasi gereja, entah itu sebagai pengerja, atau pengurus. Lalu akhirnya terlihatlah belang orang-orang seperti itu. Ada yang mau menjadi pengerja gereja untuk mendapatkan nama di antara orang-orang sekitarnya. Mau menunjukkan bahwa dirinya diperkenan Tuhan dan mau digolongkan seperti orang saleh. Tetapi ternyata di dalam setiap kebaktian, dirinya sering kedapatan tidur. Dan apabila ditegor, maka orang itu akan balik menyerang dengan mengatakan bahwa dalam gereja tidak boleh ada tegoran karena tegoran itu bertentangan dengan kasih dan kasih yang harus diutamakan dalam gereja.  

     Sebab itu, tindakan orang-orang seperti itu hanya ingin mereduksi sosok Allah yang transenden sekaligus imanan menjadi Allah yang imanensaja. Lalu disaring dengan keinginan serta dibentuk lewat pemikiran sendiri. Alhasil, terciptalah ilah buatan sendiri yaitu ego mereka yang dipatok berdasarkan kepuasan sendiri. Ia menciptakan allah berdasarkan pengetahuan dan perasaan pancaindera saja. Hal itu tentu sama saja dengan membuat sebuah patung berhala untuk disembah. Mereka menyebut diri orang Kristen, tetapi mereka menyangkal pengajaran Kristen yang sebenarnya.Semuanya menjadi terbalik-balik. Karena itu, sepantasnya kesudahan mereka adalah kebinasaan (apōleia). Kata ini terkadang dipakai untuk suatu daerah, kota atau negara yang telah hancur lebur oleh kekuatan pasukan musuh. Dan dalam Alkitab, kata ini sering diartikan sebagai kebinasaan kekal.

      Terkait dengan hal di atas, saya pernah bertemu dengan beberapa orang yang setiap kali bertemu sangat senang membicarakan orang lain. Tidak perduli apakah orang itu temannya, atau satu lingkungan tempat tinggal dengannya, atau bahkan hamba Tuhan yang melayani di gereja tempat mereka beribadah. Ada saja memang hal yang mereka bicarakan, tapi inti dari minat pembicaraan di antara mereka adalah ingin mencari-cari kesalahan orang lain. Pada satu kesempatan bersama dengan orang-orang seperti itu, saya mengajukan satu pertanyaan kepada mereka. “Berapa jam lamanya saudara-saudara dapat membicarakan orang lain? Dan coba bandingkan, berapa jam lamanya saudara-saudara dapat bertahan untuk membicarakan firman Tuhan?” Saya tidak tahu bagaimana selanjutnya orang-orang tersebut apakah sudah bertobat atau belum. Tapi, saat itu saya benar-benar seperti berada di tengah-tengah kumpulan para pencemooh. Inilah contoh orang-orang yang pikirannya dipenuhi dengan hal-hal duniawi sehingga mereka suka hidup dengan bercampur perkara dosa.  

Dapat kita bayangkan apa yang akan terjadi bila orang-orang yang bertuhankan perut dan mengutamakan perut menjadi orang-orang yang mengurus negara ini. Atau juga mengurus gereja dan komunitas Kristen. Inilah sebabnya, banyak perkara yang muncul di negara kita yang bersumber dari para pejabat, wakil rakyat itu sendiri. Mereka mengenyangkan perut sendiri tapi membiarkan perut masyarakat yang seharusnya mereka layani, mereka wakili menjadi kelaparan. Dan kita juga mengetahui bagaimana kondisi terancam rusak ataupun bubar akibat ulah orang-orang tipe seperti di atas. Kita menyadari ada satu gereja yang cukup besar di Indonesia yang mengalami pepercahan selama beberapa waktu akibat perilaku kelompok dalam gereja itu yang bertingkah laku seenak perutnya.
Puji Tuhan, beberapa tahun yang lalu, antara kedua kelompok yang bertikai sudah terjadi rekonsiliasi. Namun, luka-luka batin yang terjadi antar pribadi masih perlu mendapat perawatan secara mental maupun secara rohani. 

Jika manusia selalu menuruti keinginannya sendiri tanpa melakukan penyaringan dan pemikiran yang berlandaskan takut akan Tuhan, maka terjadilah manusia-manusia yang memuja dan melayani perutnya. Mereka lupa kalau perut itu untuk makanan, sementara itu manusia adalah untuk Tuhan karena kita adalah milik Tuhan. Artinya, Tuhan akan memberikan berkat kepada setiap umat-Nya yang bekerja dengan wajar. Sementara itu, umat-Nya harus tetap melakukan segala firman Tuhan dalam hidupnya. Jangan sampai umat-Nya menjadi takut untuk tidak mendapatkan rezeki yang cukup untuk memenuhi kebutuhan harian dan kebutuhan dasar (mengenyangkan perut). Ketakutan tersebut menimbulkan suatu tindakan perjuangan yang lama kelamaan membuat orang itu melupakan Tuhan, tetapi malah menuhankan perutnya. Maka dengan tegas Tuhan Yesus mengatakan dalam Matius 6:33 “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Sorga dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”

Berbagai hal yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Indonesia maupun dalam komunitas Kristen terkadang membuat kita tercengang. Betapa jahatnya perilaku orang-orang yang sudah menuhankan perut dan hidup hanya untuk melayani perutnya. Terkadang penulis terpikir, pantas saja ada hukuman yang Tuhan berikan kepada umat Israel yang telah berlaku serong dengan mengempiskan paha dan menggembungkan perutnya (Bilangan 5:21-22. Catatan : mungkin gembung seperti orang busung lapar). Atau seperti Yunus harus mendekam dalam perut ikan selama 3 hari agar ia menyadari bahwa hidupnya sedang melaksanakan tugas Tuhan. Dan Yunus pun belajar kalau hidupnya itu dibawah pengaturan Allah.

Untuk itu menjadi hal yang penting bagi kita ingat, bahwa Tuhan itu selalu memperhatikan kebutuhan dasar dari setiap umat-Nya. Ia mengatakan hal itu dengan tegas supaya kita sebagai orang percaya tidak perlu khawatir terhadap apa yang hendak kita makan dan minum, serta apa yang akan kita pakai (Matius 6:25). Semua kebutuhan itu pasti Tuhan penuhi. Karena kebutuhan puncak kita saja yaitu keselamatan untuk masuk ke dalam sorga, Ia penuhi. Dan pemenuhan itu melalui satu pengorbanan dari Anak-Nya sendiri. Suatu pengorbanan yang tidak main-main. Pengorbanan yang merupakan tuntutan dari kasih dan keadilan Tuhan pada kita manusia yang berdosa ini. Kondisi itu menegaskan tulisan dalam Roma 8:32 yang berkata bagaimana mungkin Allah tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada umat-Nya, sedangkan Anak-Nya saja sudah diserahkan untuk menyelamatkan kita?  Dengan demikian, untuk urusan perut pun, mulai sekarang kita harus benar-benar bergantung pada Tuhan. Kitapun harus mengucap syukur untuk semua pemberian Tuhan pada diri kita. Kita bekerja dengan fokus yaitu untuk memuliakan nama Tuhan. Sehingga tujuan bekerja tidak bergeser kepada pemuasan hawa nafsu, penumpukan terhadap kekayaan dan akhirnya menuhankan perut. Dari berkat yang kita terima dari Tuhan lewat pekerjaan kita, sekarang dapat kita berikan sebagian kepada orang yang memerlukan, orang yang kelaparan, orang yang miskin. Kehidupan kita menjadi kehidupan yang berpusat pada keinginan untuk menyenangkan hati Tuhan. Kita tidak lagi berprilaku seenak perut kita. Sehingga hidup kita menjadi hidup yang berarti dan penuh harapan, bukan seperti Yudas karena putus harapan mati dengan perut terbelah. Soli Deo Gloria

Tidak ada komentar:

Posting Komentar