Senin, 09 Mei 2011

Pengharapan seperti Sauh yang kuat (Ibrani 6:13-19)



Prolog :
          Pernahkah kita mendengar seseorang yang bernama William Cutts? Cerita tentang William merupakan satu cerita yang dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang. Pada waktu kelahirannya, ayah William sudah diberitahu dokter kalau ada masalah yang cukup sulit untuk ditangani. Sebab itu, dokter meminta keputusan dari ayah William untuk menandatangani surat pernyataan tentang persalinan yang sedang berlangsung. Dengan gemetaran, menangis, setelah berdoa, ayah William memang menandatangani surat itu. Tapi sesudah ia menandatangani surat itu, ia berpesan kepada suster dan dokter yang ada agar istri dan anaknya dapat diselamatkan. “Karena saya melihat harapan,” ujar ayah William. 

          Di ruang persalinan memang terjadi proses yang sulit. Dokter juga berusaha keras untuk mengeluarkan bayi dari kandungan dengan selamat. Namun, ketika kepala bayi akan dikeluarkan, bola mata si bayi keluar dari tempatnya dan menggantung pada ototnya. Lalu ketika berusaha mengeluarkan seluruh tubuh dari rahim ibunya, terdengar suara gemeretak tanda ada tulang-tulang dari sang bayi  yang patah. Akhirnya bayi tersebut berhasil dikeluarkan, tapi mirip seonggok daging yang utuh. Dan proses persalinan pun berhasil dituntaskan. Dokter menyuruh suster untuk membersihkan tubuh si bayi yang dianggap telah menjadi mayat sebelum menaruhnya ke kantong mayat. Ketika suster membersihkan tubuh si bayi itu, ia melihat jantung si bayi masih berdetak lemah. Lalu si bayi dibawa ke dalam ruangan khusus untuk dirawat lebih lanjut.

         Bayi yang dinamakan William Cutts tersebut bertumbuh mirip seperti monster hidup. Jika anak umur 11 tahun sudah bisa berjalan, tapi William Cutts masih belajar merangkak. Kepala kanannya agak besar, mata kanan rusak dan tidak bisa dipakai untuk melihat. Bahunya miring membuat dia ketika mampu berjalan seperti tiang yang hampir roboh. Dokter sudah memvonis bahwa William Cutts tidak akan seperti manusia normal karena otaknya tidak akan sanggup berkembang. Sehingga ia tidak mungkin dapat belajar seperti manusia normal.

          Namun, sudut pandang dokter itu berbeda dengan kedua orangtuanya. Mereka tetap melihat harapan. Dan mereka pun membesarkannya dengan penuh kasih sayang. Dalam harapannya, orangtua William berkata seperti yang selalu diucapkannya dalam doa : “Kelak anakku akan dipakai Tuhan secara luar biasa, sebab aku yakin harapan itu ada.” Dan pada waktunya Tuhan, William Cutts bersimpuh di hadapan Tuhan ketika Tuhan memanggilnya menjadi utusan Tuhan. Ayat yang menjadi dasar panggilannya adalah 2 Korintus 12:9 “Justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Ayat itulah yang menjadi sumber pengharapannya. Dengan segala keterbatasannya, William Cutts maju untuk taat. Ia terus melangkah sampai ia mampu menyelesaikan sekolah theologi. Dan akhirnya ia menjadi utusan misi ke Irian Jaya. Segala harapan orangtua dan William, Tuhan telah menggenapinya. Tiap langkah pelayanan William, Tuhan meneguhkannya dengan muzizat-Nya. Ini menjadi satu peneguhan bagi setiap kita bahwa dengan harapan dan mempercayai harapan di dalam Yesus tidak akan pernah sia-sia.

Poin :

1.   Pengharapan yang berdasar janji dan sumpah Allah
Dalam perikop ini kita melihat bahwa Allah memberikan janji-Nya
kepada Abraham. Janji apa? Yaitu janji untuk memberikan Abraham keturunan yang banyaknya seperti bintang di langit. Namun, yang unik adalah janji Allah tersebut disertai dengan sumpah-Nya kepada Abraham. Mengapa demikian?  Ini perlu kita ketahui apa sebabnya orang bersumpah.  A. Untuk  menyampaikan bahwa dia serius dalam menyampaikan sesuatu. Dalam sumpah itu orang rela mempertaruhkan hidup dan moralnya demi menjamin yang disampaikannya adalah benar. B. Untuk menghentikan semua perdebatan yang tidak perlu. Karena apa yang disampaikannya bukan teori tetapi fakta.

      Dalam sumpah, orang melakukannya demi nama yang lebih besar dari dirinya. Karena sumpah adalah sesuatu yang serius, memerlukan seorang Pribadi yang lebih besar dari manusia untuk menjadi pengawas atau hakim  atas perkataannya. Makanya seorang bersumpah pasti di dalam nama Tuhan. Perikop yang kita baca ini, justru kita melihat Allah yang memulai bersumpah. Lalu demi nama siapa Dia bersumpah? Tentu demi nama-Nya sendiri, karena tidak ada oknum atau pribadi yang lebih besar dari Allah. Maka Allah yang tertinggi mempertaruhkan diri-Nya untuk berkata-kata kepada manusia, untuk berjanji kepada Abraham. Mengapa Allah bersumpah kepada Abraham? Karena Allah ingin menjadikan Abraham sebagai seorang yag beriman dengan sungguh-sungguh, agar dapat menjadi bapa orang beriman sepanjang zaman.

          Hal ini menjadi suatu pelajaran penting bagi kita. Bahwa pengharapan kita adalah pengharapan berdasar janji dan sumpah Tuhan. Artinya, kita menaruh diri kita, beriman kepada satu Pribadi yang dapat dipercaya. Allah adalah Pribadi yang patut dipercaya, karena Allah tidak pernah berdusta, mengingkari janji-Nya. Sebab diri Allah adalah sumber kebenaran itu, sehingga menjamin Pribadi yang kita imani adalah Pribadi yang Mahakuasa, tidak berubah, yang setia dan penuh kasih. Untuk itu, iman kita menjadi bernilai sebab  bukan karena berapa besar iman kita tetapi siapa obyek iman kita yaitu Allah yang Tak terbatas dan Mahakuasa. Sehingga tidak mungkin Allah akan tidak menepati janji-Nya sendiri.

Contoh :

    Coba kita bandingkan dengan sumpah yang dilakukan oleh banyak pejabat negara ini. Dari segala sumpah yang mereka perbuat, ternyata mereka sendiri tidak mampu untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab mereka sesuai dengan sumpahnya. Lihat saja, para anggota DPR yang pada awalnya selalu berjanji untuk membela kepentingan rakyat, menjadi penyambung aspirasi rakyat. Tetapi sekarang yang terlihat adalah betapa mereka kebanyakan adalah orang-orang yang melakukan telikung terhadap janji dan sumpah. Sehingga akhirnya mereka menjadi sasaran sumpah serapah dari rakyat sendiri.

    Inilah yang disebutkan dalam Yeremia 17:5 bahwa terkutuklah orang yang mengandalkan dan berpengharapan kepada manusia. Sebaliknya dalam Yeremia 17:7 orang-orang yang mengandalkan Tuhan dan menaruh harapannya adalah orang yang diberkati.

2.   Pengharapan juga membutuhkan kesabaran
Dalam menjalankan hidupnya berdasarkan pengharapan kepada Tuhan,
Abraham menjalankannya dengan kesabaran (ay.15). Dengan kesabaran itulah Abraham justru mendapatkan jawaban dari pengharapannya. Jadi, dalam berpengharapan harus terhadap aspek kesabaran. Tetapi ketika kita melihat Alkitab tentang hidup Abraham ada satu masa yang menunjukkan Abraham dilanda ketidak sabaran untuk menanti janji Allah tersebut. Abraham atas anjuran istrinya malah menikah dengan Hagar untuk memperoleh keturunan. Benarkah dengan menikah lagi Abraham mendapat harapan yang diberikan Tuhan kepadanya? Tuhan justru menegurnya, karena dengan sikap seperti itu, Abraham seakan mau mengatakan bahwa Allah tidak dapat dipercaya.

        Hal tersebut menunjukkan bagaimana kesabaran seseorang diuji dan ternyata ada saja hal yang membuat orangt tersebut jatuh. Dan kalau kita melihat, ternyata kesabaran merupakan salah satu dari buah Roh (Galatia 5:22). Berarti dalam berpengharapan agar mendapatkan kesabaran itu, seseorang haruslah membiarkan Roh Kudus secara leluasa bekerja dalam hidupnya. Dengan demikian, sedikit demi sedikit, kesabaran dalam hidup orang tersebut semakin besar dan menopang dirinya dalam berpengharapan.

        Penting untuk diperhatikan bahwa sabar adalah suatu hal yang penting dalam masalah iman bagi seseorang. Sabar menolong kita untuk menanti waktunya Tuhan dan tidak mengambil tindakan sendiri sesuai pemikiran sendiri. Kesabaran manusiawi adalah kesabaran yang berdasarkan kondisi, kesempatan, perhitungan. Misalnya : kita boleh saja mengatakan untuk mencari jodoh misalnya, kita sudah berdoa. Tetapi sepertinya jodoh yang tepat itu belum juga kita temukan. Sementara itu, desakan dari orangtua untuk segera menikah semakin sering. Sebab itu, kita lebih memilih seseorang lebih kepada “sesuai kriteria” belaka tanpa mengharapkan Tuhan untuk campur tangan.

         Kesabaran yang dari Tuhan adalah ibarat seorang ibu yang menuggu 9 bulan agar anaknya dilahirkan. Kesabaran itu membuat ulat yang jelek dan menakutkan tapi akhirnya membungkus diri dengan benangnya dalam bentuk kepompong dan akhirnya berubah menjadi kupu-kupu. Artinya kesabaran membuat sesuatu yang menakutkan, menekan, membuat penderitaan, membuat tangis akhirnya dibuat menjadi sesuatu yang indah, yang memuaskan.

Contoh :
       Saya pernah bertemu dengan seorang ibu yang pernah disiksa, ditinggal oleh suaminya karena pergi bersama wanita lain. Tapi ibu ini tetap bersabar dengan segala perlakuan itu. Karena ia mempunyai pengharapan dalam Tuhan, semuanya itu akan diselesaikan Tuhan sesuai dengan waktunya Tuhan. Benar, setelah berdoa tak kurang 17 tahun, suaminya bertobat. Puji Tuhan untuk kesabaran yang dianugerahkan-Nya kepada ibu itu.

3.   Pengharapan membawa kekuatan
      Penantian Abraham akan janji Tuhan memang tidak menjadi sia-sia. Karena Abraham dapat melihat dan menikmati janji tersebut di usia 99 tahun yaitu mendapat anak perjanjian dari Tuhan yaitu Ishak. Ia menamakan anak itu Ishak yang berarti tertawa. Mengapa? Karena ia menjadi seorang ayah pada saat usianya hampir mencapai 1 abad. Ini menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi iman Abraham. Dia belajar bahwa Allah yang dipercayanya bukanlah Allah yang pantas diragukan janji-Nya. Tapi Allah yang dipercayainya adalah Allah yang selalu menepati janji.
       Pembelajaran itu berbuahkan iman yang kokoh bagi Abraham. Kekokohan imannya ini terlihat ketika Abraham diminta Allah untuk memberikan persembahan kepada Allah yaitu anaknya sendiri. Anak yang sudah puluhan tahun dinantinya. Dalam Kejadian 22:1-19 memperlihatkan Abraham mampu mengikat anaknya itu diatas mezbah serta ia mengulurkan tangannya untuk mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. Tetapi Allah mencegahnya karena Allah sudah mengetahui Abraham seorang yang takut Allah. Dan ia tidak segan-segan untuk menyerahkan anak perjanjian itu kembali kepada Allah.

      Tindakan tersebut adalah tindakan iman yang berdasarkan pengharapan akan Pribadi  Allah yang luar biasa. Pribadi yang tidak akan membiarkan Abraham kehilangan anaknya tanpa solusi yang benar. Pengharapan yang dimiliki Abraham kepada Allah adalah pengharapan yang memberi dia kekuatan untuk menjalankan hal-hal yang sangat sulit untuk ukuran orang biasa.

       Tahukah kita bahwa apa yang terjadi ketika beberapa tahun yang lalu ada gempa yang besar mengguncang negara Haiti? Gempa itu cukup merusak hampir seluruh ibukota dan beberapa daerah di negara kepulauan itu. Serta cukup banyak memakan korban jiwa. Pada semua daerah yang terkena bencana yang cukup berat di Haiti tim SAR melakukan pencarian korban. Setelah lewat dua minggu, tim SAR pesimis akan mendapatkan korban gempa yang masih hidup di bawah reruntuhan bangunan. Karena pertimbangannya, mana mungkin dalam kondisi terjepit, cidera dan tidak makan serta minum, seorang korban dapat bertahan hidup. Mereka ternyata keliru! Emmanuel Buteau ditemukan di bawah reruntuhan dalam keadaan hidup. Segera pemuda itu dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Setelah pulih, wartawan bertanya kepadanya: “Apa yang membuatmu bisa bertahan?” Ia menjawab: “Selama terjepit, saya terus berseru memohon pertolongan Tuhan. Pengharapan saya tidak menjadi sia-sia. Kuasa-Nya bekerja!”

     Inilah yang menjadi contoh bagi setiap kita, bahwa pengharapan itu dapat membawa kekuatan kepada seseorang untuk melewati berbagai hal sulit dalam hidupnya. Seperti yang pernah terjadi pada saya.

Ilustrasi :
Beberapa waktu yang lalu saya merasa sangat tertekan. Tekanan itu datang dari ladang pelayanan. Ada beberapa orang yang saya dengar memberi laporan kepada pihak majelis tentang hal-hal  yang tidak mempunyai kebenaran di dalamnya. Karena yang melapor beberapa orang, tentu majelis memberi tekanan bahwa laporan tersebut bersifat obyektif. Pihak majelis pun sudah ingin menjatuhkan sanksi kepada saya. Sebelum hal itu terjadi, pimpinan saya seorang hamba Tuhan pun hampir-hampir merasa saya di pihak yang salah. Akhirnya, ketika saya dimintai keterangan, saya membantah semua laporan yang masuk itu sebab semuanya salah. Menurut saya, laporan tersebut sudah menjurus kepada fitnah. Saya merasa terpukul. Mengapa ada orang-orang yang berkomplot untuk menjatuhkan saya di ladang pelayanan. Padahal saya sudah berusaha sekuat tenaga melakukan yang semampu saya. Menurut saya, apabila ada sekelompok orang sudah tidak menginginkan saya menggembalakan mereka, tidak perlu mereka memfitnah. Lebih baik mereka meminta langsung ke pusat untuk menggantikan saya.

     Beberapa waktu saya merasa sedih yang luar biasa. Mengapa ada orang yang kejam kepada saya, padahal saya tidak melakukan apapun yang jahat kepada mereka. Memang ada pertimbangan dalam hati saya, mungkin ini adalah tanda dari Tuhan bagi saya untuk mencari tempat pelayanan atau ladang yang baru. Saya ingat ketika kondisi batin saya tidak baik seperti itu, saya membaca satu renungan yang diambil dari Roma 12:12 yang mengatakan bahwa sebagai orang percaya, kita harus bersukacita dalam pengharapan, bersabar dalam kesesakan serta bertekun dalam doa. Saya pikir renungan yang saya baca hari itu bukanlah sesuatu kebetulan. Saya jadi teringat akan semua perbuatan Tuhan dalam hidup saya. Bagaimana pertolongan Tuhan itu datang pada hidup saya dalam jumlah yang tidak terhitung. Ia selalu menepati janji-Nya untuk menolong, membantu, mengarahkan saya. Hal-hal itu menegaskan kepada saya untuk tidak putus asa, lemah hati menghadapi masalah itu. Dan terus terang, saya seperti mendapat kekuatan dan keteguhan hati untuk menghadapi masalah tersebut. Saya mendapat ditenangkan bahwa Tuhan akan memberikan keadilan pada waktu-Nya.









                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar