Selasa, 07 Juni 2011

Teladan Dalam Memberi (Bilangan 7:1-11)

     Dalam perikop ini, adanya satu ketetapan Tuhan kepada bangsa Israel dalam memberikan persembahan di Kemah Suci. Ketetapan itu menjadi satu perintah yang harus dijalankan oleh bangsa Israel secara turun temurun. Dari perikop ini kita dapat belajar beberapa hal yang dapat menjadi pelajaran rohani bagi kita.

    Namun, perlu kita ketahui, mengapa kita harus memberi persembahan kepada Allah. Bukankah Dia sudah memiliki segalanya? Apakah karena Ia masih membutuhkan persembahan dari manusia? Keseluruhan Alkitab menjelaskan bahwa apapun yang ada di dunia ini merupakan ciptaan-Nya. Sehingga apapun yang ada di dunia ini adalah milik Tuhan. Mungkin ada yang berpikir bahwa kita ada karena kita. Saya permisi tanya, apakah kita dapat menjamin nafas kehidupan itu tetap kita miliki selamanya? Jika tidak, siapakah pemilik nafas kehidupan kita?

    Mungkin kita masih berpikir, kalau kita bekerja maka kita dapat uang atau gaji. Saya mau permisi tanya lagi, jika kita katakan kita mendapat uang karena kerja keras kita, maka sebenarnya, apakah kerja keras kita tidak membutuhkan kesehatan, tidak membutuhkan tenaga, pikiran  yang baik? Dari manakah semuanya itu datang? Tentunya semua datang dari Tuhan yang menganugerahkan kepada kita semua. Sehingga, uang yang kita dapat, harta yang kita peroleh, itu sebenarnya milik Tuhan yang dianugerahkan kepada kita. Bukankah sepantasnya kita memberikan kembali kepada Tuhan milik-Nya itu dalam bentuk persembahan?

     Mengapa diperlukan teladan dalam memberi? Kita harus mengerti hidup kita masih dalam tubuh  yang dikuasai oleh dosa. Tentu saja, apabila kita melakukan seseuatu yang berkenan pada Tuhan, daging ini akan berontak. Kedagingan kita dapat berkata: "Untuk apa memberikan persembahan kepada gereja? Jangan-jangan uangnya itu dipakai untuk hidup foya-foya hamba Tuhan saja." Demikianlah kira-kira contoh ajakan dosa untuk melarang kita memberikan persembahan kepada Tuhan lewat gereja-Nya. Jadi, keteladanan dibutuhkan bagi kita agar : kita dapat mempunyai pola atau patron dalam memberikan persembahan. Agar kita dapat dimotivasi dalam memberi dan dapat melawan kehendak dosa yang menghalangi kita melakukan firman Tuhan. Apalagi kita mengetahui dari Alkitab bahwa uang adalah akar dari segala kejahatan (1Timotius 6:10). Sehingga perlu perjuangan yang khusus, keteladanan yang khusus dalam memberikan petunjuk  yang khusus dalam menjalankan ketaatan dalam memberi ini.

     Ada beberapa hal yang ditunjukkan kepada kita tentang keteladanan dalam memberi pada perikop ini:
1. Keteladanan dari atas ke bawah, dari pemimpin ke rakyatnya. Ini adalah keteladanan dari seorang pemimpin yang berkenan di hadapan Tuhan. Setiap pemimpin bukan hanya menjadi seseorang yang dapat memberi perintah kepada rakyatnya. Tetapi ia harus menjadi teladan yang sebenarnya membawa seluruh rakyatnya semakin patuh kepada Tuhan. Dan keteladanan adalah perintah yang tidak bersuara, namun sangat efektif dan kuat dibanding perintah secara verbal. Makna rohaninya bagi kita adalah : setiap kita haruslah mampu menjadi teladan bagi setiap orang yang disekitar kita. Melalui keteladanan yang kita lakukan, orang akan dapat datang kepada Tuhan Yesus.

2. Keteladanan dalam sikap hati. Walaupun setiap pemimpin/kepala suku diwajibkan Tuhan untuk memberikan persembahan secara berkelompok (satu kelompok ada 2 pemimpin dalam ay.3) serta setiap hari memberikan persembahan (ay.11) mereka tetap memberikan denan tulus dan dalam ketaatan. Karena tanpa ketulusan, akan ada saja kerjasama yang tidak beres. Karena bisa saja, pemimpin yang satu menganggap dirinya lebih baik dari pemimpin yang lain. Selain itu, ketaatan membuat perintah yang diberikan kepada mereka dapat dijalankan dengan baik. Tidak membantah, tidak menggerutu, tidak melawan. Semuanya dipandang sebagai ketaatan pada perintah Tuhan serta ketulusan dalam mengikut Tuhan. Makna rohaninya adalah : setiap kita harus memiliki ketulusan dan ketaatan dalam memberi. Seperti contoh seorang janda dalam Lukas 21:2 yang memasukkan semua uangnya sebagai persembahan. Ketulusan dan ketaatan kita kepada Tuhan secara khusus dalam memberi persembahan tentu tidak lah sia-sia. Sebab itu, jangan sampai kita hitung-hitungan dalam memberi, jangan sampai kita lebih mendahulukan membeli hal-hal yang menyenangkan hati kita, tapi lupa atau tidak mau memberikan persembahan kepada Tuhan.

3. Keteladanan dalam mendukung pelayanan di rumah Tuhan. Seperti yang tercantum dalam ay.4-5 bahwa segala persembahan yang diberikan oleh semua pemimpin suku itu adalah agar pelayanan di rumah Tuhan. Semua pemimpin mengetahui hal itu, dan mereka melakukannya. Walaupun mereka tahu, sebagian persembahan mereka akan dipakai untuk mendukung suku Lewi yang melayani di rumah Tuhan. Maknanya bagi kita adalah : kita harus mengerti bahwa uang persembahan yang kita berikan ke gereja adalah untuk mendukung pelayanan di rumah Tuhan agar dapat berjalan dengan baik. Pelayanan di rumah Tuhan (gereja) saat ini termasuk tunjangan hidup hamba Tuhan, biaya operasional gedung seperti listrik, air, kebersihan, keamanan, dan biaya lainnya. Jika kita meneladani hal tersebut, hati kita harus kita arahkan bahwa dukungan itu semata-mata untuk kemuliaan nama Tuhan. Jangan sampai kita terjebak ke pemikiran yang tidak berkenan kepada Tuhan. Misalnya, jadi berpikir uang persembahan itu akan langsung disalah gunakan oleh majelis gereja atau hamba Tuhan.

Keteladanan dalam memberi diperoleh dengan takut akan Tuhan  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar